Kamis, 31 Oktober 2013

Hujan dan Pelangi

Hujan dan Pelangi
Oleh : Pipit Tanjung

"Aku tidak suka hujan"

"Kenapa kak?"

"Hujan itu dingin. Semua jadi basah, becek dan kita tidak bisa melakukan aktivitas di luar rumah"

"Tapi kak, kita bisa berkumpul di dalam rumah dengan keluarga, sambil menikmati teh hangat"

"Hujan itu suram..."

Sepenggal percakapan kita kemarin yang masih terngiang di kepalaku, membuatku heran dengan pemikiranmu tentang hujan kak, kamu terkesan sangat membenci hujan. Apa karena kecelakaan yang telah merenggut ibu dan adik perempuanmu tahun lalu terjadi di kala hujan deras sehingga membuatmu membenci hujan?

Sepertinya aku salah, membantah pernyataanmu dengan mengatakan hujan membuat kita dapat berkumpul dengan keluarga. Kau sebatang kara sekarang, ayahmu telah menyusul ibu dan kedua adikmu bulan lalu dan hujan pula yang mengantarkan kepergiannya ke liang lahat.

Ah, sekarang kau pasti benar-benar sangat membenci hujan.

"Tapi selalu ada pelangi selepas hujan kak"

"Bagiku tidak pernah ada, aku tidak percaya"

Mengapa kau tidak percaya kak? Itu janji tuhan. Tidak ada kemanisa tanpa ada kepahitan, biarpun hujan di dalam hati, pastu ada pelangi yang menanti. Percayalah kak!

Shera, kak Leo kecelakaan. Sekarang ia dilarikan ke rumah sakit Harapan, kamu lekas ke sini ya. Dari tadi dia memanggilmu.

Sms dari mama barusan membuatku bergegas menuju pelataran parkir kampus. Ku nyalakan motor matic biruku dan bergegas menuju rumah sakit tempat kak Leo dirawat. Gerimis yang berlahan mulai turun dengan deras tak ku hiraukan, bagiku ysng terpenting sekarang adalah menemui kak Leo dan memastikan dia baik-baik saja.

Kak Leo, cowok yang setahun terakhir ini menjadi kekasihku. Cowok yang dingin seperti hujan yang dibencinya, tapi aku menyukainya. Dia tidak tahu bahwa aku sangat ingin menjadi pelanfi untukknya, menghapus hujannya yang sangat dingin itu.

"Kak Leo, berjuanglah. Jangan menyerah! Jangan tinggalkan pelangimu ini yang bahkan belum sempat muncul untukmu" gumamku sambil mempercepat laju sepeda motor.

"Izinkan aku menjadi pelangimu kak,"

***

Hari itu, dua jasad di tanam bersebelahan. Mereka sama-sama mengalami kecelakaan dan kehabisan darah sehingga tidak dapat diselamatkan. ketika orang-orang pergi meninggalkan pemakaman, terlihat samar-samar pelangi muncul menghiasi langit, menggantikan gerimis yang telah reda.

Tamat